Selasa, 07 Mei 2013

Profesi Pemadam Kebakaran Di Tanjung Duren Jakarta Barat

A. Sejarah Pemadam Kebakaran Brandweer atau pemadam kebakaran belum ada di Batavia hingga awal abad 20. Di masa sebelum brandweer ada orang mengandalkan jasa tukang ronda. Maka untuk perlengkapan ronda diadakan gardu lengkap dengan kentongan kayu. Kentongan ini dipukul saat terjadi kebakaran, perampokan, atau jika ada orang yang mengganggu ketertiban umum seperti orang mengamuk.Tanda ada kebakaran berbeda dengan kalau terjadi perampokan atau orang mengamuk. Kalau kentongan dipukul terus menerus berarti sedang terjadi kebakaran. Jika kentongan dipukul tiga kali secara berulang itu tanda perampokan atau ada orang mengamuk. Untuk menghadapi bahaya kebakaran di beberapa kampung dibentuk kelompok pemadam kebakaran. Anggotanya pemuda pengangguran yang belum dikenakan pajak. Kapanpun terdengar bunyi kentongan tanda kebakaran, para pemuda itu akan lebih dulu bertindak memadamkan api. Pada saat bertugas para pemuda yang dijuluki anak pompa ini mengenakan sepotong kain bernomor urut pada lengan bajunya. Hadiah uang menanti mereka yang bekerja baik. Cara menangani kebakaran seperti itu tentu lama kelamaan dianggap tidak efektif sehingga tidak dilanjutkan lagi, demikian tertulis dalam buku "Jaarboek van Batavia en Omstreken". Dalam sidang-sidang kotapraja usulan mendesak agar kotapraja punya satu korp pemadam kebakaran terus didengungkan. Pada tahun 1918 terjadi kebakaran besar di Kwitang. Momen itulah yang kemudian menyentak orang termasuk para petinggi kotapraja karena kebakaran besar itu tak mampu dipadamkan hanya dengan sistem anak pompa tadi. Akhirnya, persis di tahun baru 1919 secara resmi Kotapraja Batavia memiliki pemadam kebakaran. Persoalan tak lantas selesai. Masalah bagaimana mendapatkan air dengan cepat menjadi masalah selanjutnya. Seringkali kebakaran terjadi di kawasan yang jauh dari sumber air, sungai, misalnya dan saluran air yang mungkin ada di dekat lokasi kebakaran seringkali kering di musim kemarau dan berlumpur pula. Untuk mengatasi masalah itu lahirlah sumur kebakaran yang dibikin di beberapa tempat. Air sumur bor dialirkan ke sumur kebakaran. Api merupakan kebutuhan manusia sehari-hari. Kebutuhan terhadap api itu tak bisa dihindari, karena ketika malam hari manusia memerlukan penerangan. Tentunya manusia menghadapi masalah sebelum mampu menciptakan api. Keadaan ini mendorong manusia untuk berpikir agar dapat mengontrol api, sehingga api dapat bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam perkembangan selanjutnya, penggunaan api di masa itu memberi pengaruh dalam mengakhiri masa nomaden. Hal ini juga berdampak terhadap perkembangan sosial dan politik seiring dengan perkembangnya pemukiman penduduk yang menetap.Akan tetapi, api yang sudah diketahui dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia, tetap dipandang sebagai elemen suci dan hebat. Banyak mitologi yang menganalogikan api menjadi sifat atau karakter manusia. Ketika manusia merasakan pengalaman bahwa api juga bersifat sangat merusak, sejak itu manusia terdorong untuk mengetahui cara mengontrol keganasan api. Ini terjadi kira-kira 300 tahun sebelum masehi (SM) di Roma.

B. Pengertian Pemadam Kebakaran
Pemadam kebakaran atau branwir adalah petugas atau dinas yang dilatih dan bertugas untuk menanggulangi kebakaran. Petugas pemadam kebakaran selain terlatih untuk menyelamatkan korban dari kebakaran. Dinas pemadam kebakaran adalah unsur pelaksana pemerintah yang diberi tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas penanganan masalah kebakaran, yang termasuk dalam dinas gawat darurat.
Biasanya para pemadam kebakaran mamakai baju anti api agar tidak mudah terbakar dan juga mereka memakai bagian baju yang mengkilat agar mudah terlihat.

Visi :
Terselenggaranya perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bahaya kebakaran melalui terciptanya sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang handal.

Misi :
1. Melaksanakan usaha pencegahan (pengawasan, pendataan, inspeksi, pengujian).
2. Melaksanakan penanggulangan kebakaran.
3. Menyelenggarakan penyuluhan.
4. Mengadakan pemeliharaan dan pengadaan sarana dan prasarana.
5. Melaksanakan koordinasi internal dan eksternal

C. .Tugas pokok dan fungsi pemadam kebakaran Melaksanakan sebagian kewenangan Daerah dalam bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Tgl. 2 Oktober 1962 dibentuk urusan pemadam kebakaran dibawah DTP, Tahun 1971 berubah menjadi Barisan Pemadam Kebakaran dibawah PU, Kemudian berubah menjadi dibawah Tibum, Tahun 1980 berubah menjadi Dinas Kebakaran, Tahun 2001 berubah menjadi Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.

1. Tugas Pokok Pemadam Kebakaran Melaksanakan sebagian kewenangan Daerah dalam bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang meliputi : pencegahan, pembinaan dan penyuluhan, pengendalian operasional.

2. Fungsi Pemadam Kebakaran
a. Merumuskan kebijakan teknis bidang pencegahan dan penangulangan kebakaran.
b. Melaksanakan tugas teknis operasional dibidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
c. Melaksanakan pelayanan teknis administratif meliputi : administrasi umum dan kepegawaian, perencanaan dan pengembangan serta administrasi keuangan. .

D. SOP (standard operating procedure)
Pemadam Kebakaran Ketika satu unit Pemadam Kebakaran tiba di lokasi kejadian secara otomatis terlintas dibenak para petugas berbagai pertimbangan tentang kondisi lokasi dan insiden.
Segera setelah itu tindakan awal yang perlu di ambil segera di lakukan. Tindakan-tindakan yang mereka lakukan, sesuai kondisi yang mereka hadapi, biasanya tidak terlepas dari pola,tentukan titik lokasi (locate), lokalisir/hambat perambatan kesegala arah (confine), danpemadaman (extinguishing). Tindakan awal (tentukan lokasi) seringkali dilakukan sebelum pengamatan terhadap lokasi dan kondisi insiden telah sepenuhnya dilakukan.
Seringkali penentuan lokasi dianggap termasuk sebagai bagian dari proses pengamatan (size up) akan tetapi ada perbedaan mendasar karena untuk menentukan lokasi kejadian diperlukan kerja fisik oleh para petugas.
Penentuan titik lokasi kejadian (locate) seharusnya telah dapat dilakukan oleh para petugas sebelum unit mereka berangkat menuju lokasi insiden. Akan tetapi seringkali para petugas pada saat berangkat masih belum pasti titik lokasi kejadian, karena banyak laporan darurat dilakukan orang yang melintasi tempat kejadian tanpa pelapor tahu persis apa dan di mana objek yang terbakar misalnya. Karenanya sebelum berangkat menuju lokasi kejadian yakinkan terlebih dahulu titik kejadian, sehingga dari awal dapat diperkirakan pola operasi yang akan diterapkan.
Termasuk di sini adalah dimanakah posisi unit akan ditempatkan dan dari manakah unit dapat mencapai lokasi kejadian serta ke arah manakah selang akan di gelar untuk operasi pemadaman Kebakaran atau peralatan rescue apakah yang paling tepat untuk dipersiapkan pada operasi rescue. Karena kita sadari apabila dari awal kita salah dalam menentukan titik lokasi maka untuk berbalik arah dalam upaya mencapai rute yang tepat adalah bukan hal yang sederhana atau mudah. Atau ternyata karena kesalahan menempatkan unit proses menggelar selang menjadi sulit karena akses menuju titik kejadian terhalang oleh bangunan tinggi, sungai, lintasan (rel) kereta dan sebagainya. Karenanya melengkapi petugas dengan radio komunikasi akan sangat membantu mereka menuju titik lokasi dan penempatan unit.
Dengan adanya radio komunikasi apabila informasi lebih detil tentang titik dan kondisi kejadian yang masuk setelah unit berangkat akan dapat disampaikan oleh operator atau petugas lain yang lebih mengetahui lokasi tempat kejadian. Tindakan lanjutan yang biasanya dilakukan para petugas Pemadam adalahlokalisir/hambat perambatan api / kebakaran kesegala arah (confine). Tindakan ini dilakukan untuk menjaga agar Kebakaran tidak meluas yang otomatis akan menyulitkan upaya pemadaman dan tentunya menambah kerugian yang diderita oleh masyarakat. Ada juga yang menambahkan tindakan sebelum melokalisir perambatan Kebakaran dengan melindungi objek-objek yang terpapar oleh kebakaran/panas (protect exposures).
Hal ini tentunya dapat menjadi bahan diskusi yang menarik, akan tetapi dalam tulisan ini penulis tidak akan menganalisa perlu atau tidaknya tindakan tersebut. Karena pada dasarnya setiap kejadian menuntut tindakan yang spesifik yang mungkin berbeda antar satu dengan lainnya. Walaupun sekilas terlihat sederhana akan tetapi untuk kota Jakarta seringkali menjadi tindakan yang sangat pelik terutama untuk kawasan permukiman tidak tertata karena akses menuju titik lokasi kejadian sangat terbatas dan sulit, karenanya Kebakaran sering meluas dan tidak terkendali. Sekali lagi fungsi radio komunikasi sangat memegang peranan dalam memandu penempatan unit-unit pada area Kebakaran yang luas.
Urutan terakhir dari tindakan-tindakan tersebut adalah pemadaman (extinguishing),walaupun bukan tindakan yang mudah akan tetapi apabila tindakan-tindakan terdahulu telah dapat dilaksanakan dengan baik tindakan pemadaman akan menjadi lebih ringan. Terlebih lagi apabila para petugas yang melakukan pemadaman telah memiliki pengalaman yang cukup dan dilengkapi dengan peralatan dan kelengkapan yang memadai serta terjaminnya pasokan air sebagai bahan Pemadam utama dalam sebagian besar kejadian Kebakaran.. .

E. .Peralatan dan Perlengkapan Pemadam Kebakaran
1. Jenis-jenis Mobil
a. Mobil Komando Mengomando mobil-mobil lainnya,memberi jalan ke TKP.
b. Quick Respon Fungsinya untuk menyedot air saja dengan sistem hidrolik.
c. Form Berisi cairan yang bisa berubah menjadi bila disemprotkan bersamaan dengan air

2. Perlengkapan Pemadam Kebakaran
a. Awning Window
b. Available fire flow
c.. Auxiliary pump
d. Auxiliary fire fighter
e. Auxiliary cooling valve

HASIL OBSERVASI
A. Profil Petugas Pemadam Kebakaran
1. Petugas front Offfice
Nama : Iqbal Ramdhani
Usia : 28 th
Lama masa Kerja : 8 th Awal
Bekerja : 2004
Profesi : Pemadam dan Penanggulangan Bencana Departemen Dinas Pemadam Kebakaran Nama Atasan : Bp. Abdul Cholik

2. Petugas Back Office
Nama : Dudi Budiman
Usia : 27 th
Lama Masa Kerja ; 4th
Awal Bekerja : 2008
Profesi : Staff Back Office bagian Informasi
Nama Atasan : Bp. Abdul Cholik

3. Nama : Sukri
Usia : 42 th
Lama Masa Kerja : 20 th
Awal Bekerja : 1992
Profesi : Staff Back Office bagian Informasi
Nama Atasan : Bp. Abdul Cholik

B. Tujuan Pekerjaan Bagian Front Office
Membantu masyarakat dalam menanggulangi bencana.

C. Tujuan Pekerjaan Bagian Back Office Membuat laporan kejadian bencana.

D. Kendala-kendala
1)Jalan -Lalin(Lalu Lintas) Keadaan Jalanan diwilayah Jakarta ini tidak bisa ditentukan. Jika tidak adanya koordinasi dan kerja sama dengan SATLANTAS diwilayah Jakarta.

2)Tempat Kejadian Perkara(TKP) -Kurangnya kesadaran masyarakat dilingkungan tersebut. Biasa hal yang terjadi adalah kekerasan terhadap petugas pemadam kebakaran yang disebabkan telatnya datang ke TKP,sehingga masyarakat dilingkungan tersebut marah.

3)Sumber Air -Sulitnya mencari sumber air diwilayah Jakarta. Mungkin kita semua sudah paham tentang keadaan fisik diwilayah jakarta ini.Semua permukaan tanah sudah banyak yang tertutup dari pada yang terbuka,sehingga pnyerapan air dalam tanah itu sangat sulit.Yang ada hanyalah kali,empang dan laut saja.

4)Adanya penelpon gelap Sering terjadi adanya penelpon gelap yang membuat bingung petugas untuk menanggapinya apakah benar terjadi kebakaran diwilayah tersebut.Tetapi biasanya kalau memang terjadi kebakaran minimal ada 8-10 penelpon yang sama tempat dan alamatnya.

5)Kekurangan karyawan Kurangnya karyawan karena unit bertambah tetapi tenaga kerja karena tidak ada rekrutmen dari pemerintah. Alternatif pemecahan masalah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar